Tongkol pada jagung adalah bagian dalam organ betina tempat bulir duduk menempel. Istilah ini juga dipakai untuk menyebut seluruh bagian jagung betina. Tongkol terbungkus oleh kelobot. Secara morfologi, tongkol jagung adalah tangkai utama malai yang termodifikasi. Malai adalah organ jantan pada jagung dapat memunculkan bulir pada kondisi tertentu. Hal ini disampaikan mahasiswa UNY Ade Kurniawan pada pelatihan pemanfaatan bonggol jagung pada warga Dusun Jetis, Bligo, Ngluwar, Magelang pada Sabtu, (23/12).
Mahasiswa prodi Pendidikan Seni Kriya Fakultas Bahasa Seni dan Budaya UNY tersebut mengatakan bahwa bonggol jagung juga dapat dimanfaatkan untuk menambah penghasilan, dengan cara dibuat menjadi karya seperti sandal, kotak tisu, kap lampu bahkan hiasan dinding. “Kami mendirikan CIP Janggel untuk mengolah sampah tanpa meninggalkan limbah” katanya. Cara memanfaatkan bonggol jagung ini pada awalnya bonggol dikeringkan selama 3 hari agar kering betul, lalu diamplas dengan mesin khusus agar bonggolnya layak menjadi bahan produksi. Kemudian bonggol dipotong sesuai ukuran dan dirakit menjadi karya. Setelah melalui proses penghalusan dan finishing maka karya berbasis bonggol jagung siap dipasarkan. Ade Kurniawan menegaskan bahwa proses produksi ini tidak menyisakan limbah karena serbuk dari pengamplasan bonggol jagung juga dapat dijual sebagai campuran pakan ternak. “Benar-benar tidak meninggalkan sisa, bahkan sampahnya pun masih dapat menghasilkan uang” ujar Ade.
Pelatihan pemanfaatan bonggol jagung ini dilaksanakan oleh mahasiswa KKN MBKM UNY di Dusun Jetis yang beranggotakan Asri Nur Anissa, Cahyaning Mulat Ayu Eriyanti, Frisca Kirana Maharani Indira, Khafidz Akmal Assidqi, Fitra Assyifa Azra, Aulia Nur Alima, Irfan Nur Cholis, Taufiq, Asnan Ahmad Sabri dan Sasmita Anggun Pawestri. Ketua KKN MBKM UNY Khafidz Akmal Assidqi pelatihan ini diadakan karena di dusun ini banyak terdapat limbah bonggol jagung yang hanya dibakar atau dibuang begitu saja setelah jagungnya diambil. “Oleh karena itu kami mengundang dua narasumber untuk mengolah bonggol jagung limbah itu menjadi sesuatu yang bermanfaat” kata Khafidz.
Narasumber kedua, Taufiq menjelaskan tentang pengolahan limbah bonggol jagung yang dapat dimanfaatkan sebagai briket yang merupakan bahan bakar sejenis arang yang berguna sebagai sumber energi alternatif pengganti bahan bakar minyak. “Kelebihan briket ini diantaranya merupakan energi terbarukan, dapat mengurangi sampah, lebih murah dan ramah lingkungan” papar mahasiswa prodi Pendidikan Jasmani, Kesehatan dan Rekreasi FIKK UNY tersebut. Cara membuat briketnya, pertama kali bonggol jagung dibakar hingga menyisakan abu. Lalu abu bonggol jagung tersebut diberi campuran tepung kanji yang telah dicairkan dengan perbandingan 2 bagian abu bonggol jagung dan 1 bagian tepung kanji. Kemudian adonan dicetak pada pralon dan briket siap digunakan.
Pada kesempatan ini warga setempat juga diberi kesempatan mempraktikkan pembuatan kerajinan bonggol jagung dipandu oleh Ade Kurniawan. Kepala Dukuh Jetis-Gagan Bligo Ngluwar Magelang, Uun merasa senang dengan adanya pelatihan ini karena membuka wawasan warga bahwa bonggol jagung hasil panen selama ini masih bisa dimanfaatkan menjadi kerajinan dan briket.
Penulis: Dedy
Editor: Sudaryono