Rosela (Hibiscus sabdariffa L) merupakan tanaman semusim yang berdaun tunggal, berbentuk menjari bulat telur dan memiliki gerigi pada pinggiran daun. Umumnya panjang daun rosela ini berkisaran 6-15 cm dan lebar 5-8 cm. Tangkai daun bulat berwarna hijau dengan panjang sekitar 4-7 cm. Tanaman ini banyak terdapat di Dusun Cokroyasan, Ngombol, Purworejo namun keberadaannya kurang disadari warga setempat. Oleh karena itu mahasiswa KKNR 8542 UNY di dusun tersebut berinisiatif mengenalkannya pada warga sebagai tanaman yang mempunyai banyak manfaat. Mereka adalah Reza Dwi Agustin, Megie Yuliyanti, Kiki Novitasari, Septi Dwi Wahyuningrum, Nanda Putri Devi, Nadya Hening Fajarini, Raras Jatiningtyas Surya Hidayat, Riko Harmawan Alfiansyah, Chalis Arinan Nashir dan Sabrina Wirantika.
Menurut Ketua KKN Chalis Arinan Nashir pelatihan ini dilakukan karena warga setempat sebenarnya sudah mengenal karena tumbuh liar disekitarnya. “Namun tidak mengetahui bahwa tanaman tersebut adalah tanaman rosela” kata Chalis, Rabu (20/12). Setelah adanya sosialisasi ini warga mengetahui bahwa tanaman tersebut memiliki banyak manfaat bagi kesehatan dan dapat dijadikan ladang bisnis.
Salah satu anggota KKNR 8542 Cokroyasan Nadya Hening Fajarrini memaparkan cara menanam rosela dimana perbanyakan tanaman rosella dilakukan secara generatif dengan biji. Untuk mempercepat perkecambahan biji rosela direndam terlebih dahulu dengan air, kemudian baru dipilih biji yang tenggelam untuk ditanam. “Benih rosela merah dapat langsung ditanam di lahan atau disemai terlebih dahulu” katanya. Pada sistem semai benih ditabur pada tempat yang sudah berisikan media tanam kemudian tutup benih dengan tanah. Setelah bibit berdaun 2-4 helai, pindahkan ke dalam polibag yang sudah berisikan media tanam. Penanaman di polibag, menurut mahasiswa prodi Pendidikan Tata Busana FT tersebut diawali dengan menyiapkan media tanam dari campuran tanah dan pupuk kendang dengan perbandingan 4:1, lalu masukkan media tanam ke dalam polibag. Kemudian buat lubang tanam dan letakkan bibit ke dalam lubang tanam tersebut. Tutup lubang tanam dengan tanah sembari dipadatkan. Rosela dapat dipanen saat biji telah tua (umur 3-4 minggu) ditandai dengan kulit pembungkus biji yang berwarna coklat dan sedikit terbuka/membelah. Pemetikan menggunakan gunting atau pisau untuk meminimalisir kerusakan batang dengan pemanenan dilakukan 3-4 kali (selang 1-2 minggu).
Reza Dwi Agustin mengatakan bunga rosela dapat menurunkan tensi dan melancarkan peredaran darah. Juga dapat menurunkan kekentalan dan gula darah, meningkatkan kinerja usus serta antiinfeksi-bakteri. Selain itu juga untuk mencegah kanker, tumor serta membantu program diet bagi penderita kegemukan. “Oleh karenanya kami mengajarkan pada para ibu warga Cokroyasan agar dapat mengolah rosela ini menjadi minuman yang sederhana, yaitu the rosela” ujar Reza. Caranya pilih bunga rosela yang berkualitas baik, pisahkan kelopak dan bijinya lalu cuci dan tiriskan. Rosela dapat dikeringkan dengan cara dijemur atau menggunakan oven. Sajikan dengan cara diseduh memakai air panas, the rosela siap disajikan. Bahkan selain teh, rosela juga dapat diolah menjadi sirup atau agar-agar. Mahasiswa prodi Pendidikan Biologi FMIPA itu menegaskan kandungan vitamin C pada kelopak bunga rosela diketahui 3 kali lebih banyak dari anggur hitam, 9 kali dari jeruk sitrus, 10 kali dari buah belimbing, dan 2,5 kali dari jambu biji. Vitamin C merupakan salah satu antioksidan penting.
Usai pelatihan, mahasiswa KKN UNY membagikan sejumlah bibit bunga rosela pada warga dengan harapan dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin. Salah satu penerima bibit rosela, Tusini merasa senang mendapat bibit rosela tersebut. “Selama ini hanya tahu bahwa tanaman tersebut adalah tanaman hias dan tanaman liar, namun ternyata dapat dibuat teh” kata Tusini.
Penulis: Dedy
Editor: Sudaryono