Ubah Sampah Plastik Jadi Ecobrick, Mahasiswa UNY Lolos Pendanaan Direktorat Belmawa

Ketua Tim, Ketua Dawis dan meja ecobrick

Sampah plastik adalah salah satu permasalahan lingkungan yang semakin mengkhawatirkan. Jumlah sampah plastik yang dihasilkan oleh masyarakat cukup besar, sehingga butuh pengelolaan yang efisien agar tidak menimbulkan dampak buruk bagi kesehatan masyarakat. Hal ini menjadi perhatian sekelompok mahasiswa UNY yang mengolahnya menjadi ecobrick. Program ecobrick merupakan salah satu alternatif pengelolaan sampah plastik yang dapat dilakukan dengan cara mengumpulkan sampah plastik lalu dimasukkan ke dalam botol dengan padat hingga menjadi ecobrick yang dapat digunakan sebagai bahan bangunan. Mereka adalah Muhammad Akhdaan Al Ghozi prodi Statistika, Ayu Larasati prodi Pendidikan Matematika, Yufin Briliana prodi Pendidikan Ekonomi, Yusron Ahmad Nur Rifai prodi Teknik Sipil dan Yogi Firmansyah prodi Manajemen Pemasaran.

Menurut ketua tim Muhammad Akhdaan Al Ghozi sampah yang dihasilkan oleh aktivitas masyarakat banyak menumpuk dan berceceran di sekitar kampung. Hal ini tentu perlu penanganan yang baik, karena jika dibiarkan dapat menimbulkan masalah kesehatan seperti penyebaran penyakit dan polusi udara. Selain penumpukan sampah, kampung juga dihadapkan pada permasalahan lingkungan, tata kelola sampah serta keterampilan dalam pengelolaan sampah. Dalam hal tata kelola sampah, kampung ini dihadapkan belum terdapat inovasi untuk mengolah sampah lebih baik lagi bahkan sampah yang terkumpul dibuang langsung tanpa ada pemilahan sampah, bahkan tidak jarang dibuang begitu saja. “Oleh karena itu, kami akan membantu mendampingi masyarakat yang diharapkan mampu meningkatkan keterampilan dalam memilah sampah yang dapat menjadi suatu inovasi yang berkelanjutan dan yang paling utama adalah meningkatnya kesadaran lingkungan masyarakat terhadap pentingnya menjaga kebersihan lingkungan dan mengurangi sampah” ujarnya, Jumat (20/10).

Ayu Larasati menambahkan membuat ecobrick bersama-sama dapat menjadi cara untuk membangun komunitas di masyarakat dan bekerja sama untuk mencapai tujuan yang sama. Secara umum, dengan adanya program bank sampah dan ecobrick dapat membantu meningkatkan pengelolaan sampah dengan cara yang lebih efisien, ramah lingkungan, serta berpotensi untuk menambah keterampilan kreativitas masyarakat setempat dan meningkatkan kualitas sanitasi yang lebih baik melalui produk ecobrick sebagai alternatif pengganti bata pada pembangunan infrastruktur seperti bangunan, jalan, dan sebagainya. Penggunaan ecobrick dapat meningkatkan kualitas sanitasi karena material yang digunakan tidak mudah lapuk serta tahan terhadap cuaca dan air” papar Ayu. Selain itu, penggunaan ecobrick juga dapat mengurangi jumlah sampah di lingkungan sekitar yang dapat menjadi sumber penyakit. Dengan cara ini, setiap masyarakat dapat melatih kreativitasnya melalui penerapan program ecobrick.

Yusron Ahmad Nur Rifai menjelaskan bahwa kelompok mereka menggandeng kampung Kledokan, Caturtunggal, Depok, Sleman dalam mengolah sampah menjadi ecobrick. Diawali dengan sosialisasi lalu membentuk bank sampah sebagai pengumpulan sampah plastik untuk modal program ecobrick. Sampah plastik yang terkumpul melalui bank sampah, diolah menjadi ecobrick. “Alat dan bahan yang diperlukan yaitu botol-botol plastik, sampah plastik yang sudah dikumpulkan, tongkat untuk memadatkan dan cat atau pilox” kata Yusron. Langkah pembuatannya cuci dan keringkan semua botol dan sampah plastik, gunting dan masukan ke dalam botol. Gunakan tongkat untuk memadatkan lalu warnai botol supaya menarik. Langkah terakhir susun ecobrick sesuai panduan. Tim UNY ini membuat meja dan kursi dan ecobrick yang telah mereka buat.

Karya ini berhasil meraih pendanaan dari Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan (Belmawa) Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi RI dalam Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) bidang PKM-PM tahun 2023. Ketua Darwis Flamboyan Kledokan Sleman Thoharini, S.Pd merasa senang dapat bekerjasama dengan mahasiswa UNY untuk mengurangi sampah plastic di desanya dengan dibuat ecobrick. “Saat praktik membuat ecobrick di PAUD, anak-anak senang memasukkan plastik dalam botol yang tersedia. Secara langsung hal ini juga melatih motorik anak” katanya. Thoharini berharap kegiatan ini tidak sebatas di kampung Kledokan saja tapi bisa meluas untuk menyelamatkan lingkungan dari ledakan sampah plastik.

Penulis: Dedy

Editor: Sudaryono

Kategori Humas
MBKM
IKU 2. Mahasiswa Mendapat Pengalaman di Luar Kampus