Mahasiswa UNY menciptakan tongkat pintar untuk membantu penyandang tunanetra meningkatkan literasi. Mereka adalah Yosefina Wea Dede, Almanda Fransisca S dan M. Mico Nopriansyah prodi Pendidikan Bahasa Jerman, Rahadian Abimanyu prodi Sastra Inggris dan Khoiriyah prodi Pendidikan Luar Biasa.
Yosefine Wea Dede mengatakan teknologi tongkat pintar sebagai tandem tunanetra dengan fitur unggulan language live translating merupakan wujud dari upaya yang mampu memberikan solusi bagi para penyandang disabilitas melalui ide kreatif. “Tongkat pintar ini kami namakan SeeLife” katanya. Ide futuristik yang diangkat Seelife berupa pembuatan tongkat pintar yang terintegrasi Assistive Technology, Artificial Intelligence (AI), dan Internet of Things (IoT).
Lebih lanjut Almanda Fransisca menjelaskan bahwa fitur unggulan dari SeeLife adalah teknologi yang memiliki live translating melalui kamera. Fitur ini terintegrasi server AI dan terhubung dengan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) dan Google Translate. Dengan Seelife, para tunanetra dapat melakukan aktivitas yang berkaitan dengan bahasa seperti menerjemahkan atau belajar bahasa tanpa harus bergantung pada bantuan orang lain. “Gagasan ini bertujuan untuk memfasilitasi peningkatan literasi bagi mereka yang memiliki gangguan penglihatan,” ungkapnya.
SeeLife juga dilengkapi dengan sensor DHT11 dan Micro Camera. Menurut M. Mico Nopriansyah keduanya berguna untuk membantu sahabat tunanetra melakukan aktivitas baik dalam perjalanan. Fitur ini berfungsi untuk menjaga sahabat tunanetra tetap aman, karena titik lokasi keberadaannya terhubung dengan Google Maps dan Find My Device. Desain tongkat Seelife terbuat dari bahan solid yang ringan dengan bentuk yang dinamis sehingga memudahkan pergerakan penggunanya. Di samping itu, masih terdapat beberapa fitur canggih lain yang memudahkan penggunanya dalam aktivitas sehari-hari.
Karya ini berhasil mendapatkan pendanaan dari Direktorat Belmawa Kemenristekdikti dalam Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) bidang PKM-VGK tahun 2023. “Kami berharap Seelife dapat menjadi inspirasi untuk senantiasa berinovasi dalam menemukan solusi,” ujar Dr. Isti Haryati, M.A., pembimbing PKM-VGK Seelife. Menurut Isti Haryati gagasan futuristik yang digadang-gadang oleh tim PKM VGK ini berdasarkan masalah dan kondisi riil di lapangan, di mana salah satu anggota tim adalah seorang penyandang tuna netra. Harapannya gagasan ini memberi manfaat yang nyata bagi penyandang disabilitas tunanetra dan dapat diwujudkan secara nyata di masa yang akan datang.
Sesuai dengan ketentuan PKM VGK, informasi lebih lengkap tentang Seelife dapat diakses pada sejumlah media sosial, seperti Instagram, youtube dan facebook. Karya ini juga adalah salah satu komitmen SDGs (Sustainable Development Goals) yang berarti tidak meninggalkan siapapun dan mengakui setiap orang dengan ragam disabilitasnya, ‘No One Left Behind’.
Penulis: Sudaryono
Editor: Prasetyo