Bidang kewirausahaan sangat didorong oleh pemerintah akhir-akhir ini. Banyak cara untuk menjadi seorang wirausaha diantaranya menjadi home workers atau pekerja rumahan. Home workers adalah seseorang yang melakukan suatu kegiatan yang dilaksanakan oleh sebagian besar perempuan, anggota keluarga secara turun temurun mulai dari nenek, ibu hingga anak perempuan dengan menjalankan usaha. Bekerja sebagai home workers dapat dilakukan oleh pria dan wanita, namun ada fenomena menarik di Kapanewon Banguntapan Bantul dimana banyak kegiatan home workers dilakukan oleh wanita, dan lebih unik lagi mayoritas berusaha pada bidang kuliner. Hal ini menjadi perhatian mahasiswa Pascasarjana UNY Yhola Kiki Nor Faridha yang membuat penelitian tentang hal tersebut.
Mahasiswa program studi S2 Pendidikan Kesejahteraan Keluarga tersebut mengatakan, fenomena home workers di Banguntapan berawal dari pandemi Covid-19 dimana banyak pekerja dirumahkan akibat perusahaan tempat bekerja gulung tikar. Akhirnya masyarakat setempat yang terdampak pandemi mencoba melaksanakan kegiatan ekonomi dengan bekerja di rumah sebagai home workers guna menghasilkan pendapatan yang diperoleh untuk mengelola keberlangsungan rumah tangga, seperti membeli bahan makanan, melengkapi barang-barang rumah, menyekolahkan anak, membeli pakaian, menunjang kendaraan serta keperluan lainnya. “Menjadi home workers dapat dijadikan sebagai pekerjaan sambilan sembari mengurus rumah tangga. Namun karena himpitan ekonomi pekerjaan usaha rumahan dapat dijadikan sebagai pekerjaan dengan pendapatan utama” kata Yhola, Jumat (10/2). Menurutnya sebanyak 301 wanita bekerja sebagai pedagang makanan karena menjual produk makanan memiliki berbagai keuntungan, diantaranya makanan merupakan kebutuhan pokok yang dikonsumsi tiga kali dalam sehari sehingga selalu dibutuhkan dan termasuk dalam kebutuhan fisiologis manusia. Pada penjualan makanan, proses pengolahan yang dilakukan cukup sederhana tidak perlu memerlukan teknik yang rumit. Makanan yang dijual berupa nasi, lauk, sayur matang, hingga jajanan kekinian. Menjual makanan merupakan pekerjaan yang tidak beresiko besar karena memiliki peluang laku lebih sering dibanding menjual produk di bidang lain.
Warga Salakan Potorono Banguntapan Bantul tersebut memaparkan, kendala yang dihadapi pekerja kewirausahaan yaitu tidak berkembangnya usaha-usaha mandiri karena tidak menguasai jiwa kewirausahaan serta kurangnya dalam pelayanan konsumen. Rendahnya jiwa kewirausahaan serta motivasi usaha termasuk dalam kekurangan bagi wirausaha yang ingin meningkatkan usaha. Sehingga sangat perlu adanya peningkatan jiwa kewirausahaan dengan harapan mampu melaksanakan pekerjaan dengan giat. Sedangkan pendapatan home workers salah satunya dipengaruhi oleh banyaknya curahan waktu, aktivitas ini merupakan hal yang berarti semakin lama curahan waktu produktif yang digunakan maka semakin tinggi pula pendapatannya.
Menurut anak pasangan Sumpomo dan Marharini tersebut hasil penelitian yang menggunakan Teori Maslow didapatkan, motivasi wirausaha ibu home workers memiliki rerata sebesar 81,70 terdapat pada kategori Sedang (55%). Sehingga dapat diketahui bahwa tingkatan motivasi ibu dalam memiliki motivasi wirausaha membangun dan melaksanakan usaha sebagai home workers di bidang boga pada kategori Sedang. “Indikator tertinggi yaitu kebutuhan sosial sedangkan indikator terendah yaitu kebutuhan fisiologis” kata Yhola. Jiwa kewirausahaan ibu home workers memiliki rerata sebesar 56,38 terdapat pada kategori Sedang (55%). Indikator tertinggi yaitu sikap percaya diri sedangkan indikator terendah yaitu sikap berinisiatif. Curahan waktu ibu home workers memiliki rerata 5,7 terdapat pada kategori Sedang (60%). Berdasarkan hasil olah data dengan menghitung mean (rerata), indikator tertinggi dari lima sikap Jiwa Kewirausahaan yaitu indikator Percaya Diri sebesar 298,00 dengan rerata 80 responden sebanyak 3,72. Hal ini menjelaskan bahwa ibu home workers di Kapanewon Banguntapan bekerja dengan sikap percaya diri atas pekerjaan yang telah mereka bangun dan jalankan. Para ibu home workers tidak malu atas apa yang mereka kerjakan dan yakin usaha yang mereka jalankan mampu meningkatkan kesejahteraan dan taraf hidup menuju yang lebih baik serta mereka tidak takut bersaing dalam wirausaha meskipun banyak pedagang bidang boga yang menjual produk yang sama. Indikator kebutuhan sosial menjelaskan bahwa ibu home workers di Kapanewon Banguntapan bekerja dengan motivasi pemenuhan kebutuhan sosial karena sejatinya masyarakat adalah makhluk sosial yang saling mencari relasi, mempererat rekan selingkup boga, saling membantu sesama, saling memberi serta menerima baik berupa barang maupun uang. Menariknya, nilai rerata pendapatan ibu home workers di Kapanewon Banguntapan sebesar Rp 1.511.875,00 perbulan yang hanya sedikit di bawah UMK Kabupaten Bantul dengan nominal Rp 1.916.848,00. Bekerja sebagai home workers menghasilkan pendapatan sedikit di bawah standar UMK Bantul namun sudah memberikan kontribusi sebesar 27% terhadap pendapatan keluarga. Alumni S1 Pendidikan Teknik Boga Fakultas Teknik UNY itu menyarankan Kapanewon Banguntapan sebaiknya mengadakan pelatihan baik home workers maupun ibu rumah tangga dalam membuka dan menjalankan usaha, seperti kursus di bidang boga, dengan produk pembuatan kue kering, jajanan pasar, nasi dan lauk hingga jajanan kekinian. Sehingga dapat lebih meningkatkan motivasi usaha, jiwa kewirausahaan serta curahan waktu sebagai dorongan dan sikap dalam menjalankan usaha, karena hal ini dapat mempengaruhi pendapatan yang diperoleh.
Penelitian ini berhasil membawa Yhola menjadi salah satu wisudawan summa cum laude dengan IPK sempurna 4,00 pada wisuda UNY bulan Desember lalu.
Penulis : Dedy
Editor : Sudar