Parfum sepatu anti bakteri dan anti bau karya start-up inkubator bisnis UNY berhasil menarik perhatian investor. Produk yang diberi nama ‘Shoesayhelp’ tersebut mendapatkan investor dari perusahaan digital marketing Yoshugi sebesar 10 miliar Rupiah. Penandatanganan kesepakatan bermitra tersebut ditandatangani oleh Direktur Yoshugi Yoyok Yubiantono dan owner Shoesayhelp Ghozwan Bahrey Al Farisy dalam acara exhibition and business matching Inkubator Bisnis LPPM UNY belum lama ini. Shoesayhelp merupakan salah satu tenant binaan inkubator bisnis UNY. Selain owner Ghozwan Bahrey Al Farisy juga ada founder Raden Jagad Takbir Ramadhan dan rekan kerja Muhamad Afkaar Zhorifasya Huda serta Muhamad Boby Prayogo. Keempat orang tersebut adalah mahasiswa Fakultas Ekonomi UNY.
Menurut Ghozwan Bahrey Al Farisy, Shoesayhelp didirikan atas keprihatinannya bahwa sepatu yang dipakai oleh kalangan tua dan muda mayoritas tidak dirawat sehingga menimbulkan bau yang tidak sedap. “Shoesayhelp adalah salah satu produk kreatif lokal dalam bentuk parfum antiseptik sepatu” kata Ghozwan. Produk ini juga dapat merawat sepatu, menghilangkan aroma tidak sedap sekaligus membunuh kuman pada sepatu dan kaki dengan wangi yang bervarian serta harga yang terjangkau oleh masyarakat. Shoesayhelp ini adalah pencetus pertama pemberian Coffee Bag sebagai penetralisir bau sepatu sebelum menggunakan refresher. Raden Jagad Takbir Ramadhan mengatakan bahwa saat ini Shoesayhelp tidak hanya berkecimpung dalam bisnis parfum untuk sepatu namun juga Shoes and Denim Refresher serta Leather Fine and Care Balsm. “Denim refresher merupakan produk perawatan untuk pakaian berbahan jeans” kata Jagad. Sedangkan Leather Fine and Care Balsm merupakan produk inovasi baru untuk semir sepatu kulit dan aksesoris berbahan kulit secara mudah dan cepat. Pembuatan produk semir cair semprot yang instant dapat membuat waktu menyemir menjadi mudah dan singkat. Leather care balsm merupakan balsem yang digunakan untuk merawat sepatu kulit atau aksesoris berbahan kulit agar membuatnya menjadi lembab, mengkilap dan bersih.
Kegiatan business matching ini poin utamanya adalah untuk mempertemukan tenant yang didampingi oleh inkubator bisnis UNY dengan mitra, baik yang akan bekerjasama maupun yang akan berinventasi pada tenant. Pimpinan inkubator bisnis UNY Prof. Nahiyah Jaidi Faraz merasa gembira dengan adanya kerjasama kemitraan ini. “Inkubator bisnis UNY punya misi melayani, mendampingi dan mengantarkan tenant sampai pada strategi marketingnya” kata Nahiyah. Para tenant yang didampingi akan dibimbing intensif selama 7 bulan mulai dari penyusunan proposal untuk Kemenristek sampai mendapatkan dana pendampingan bahkan hingga pemasaran produknya. UNY pada tahun ini memiliki 13 start-up yang didampingi dengan total nilai hampir 6 miliar Rupiah.
Kepala LPPM UNY Prof. Suyanta menjelaskan bahwa keberadaan inkubator bisnis UNY sebagai salah satu upaya menuju hilirisasi temuan Iptek. “Karya dosen dan mahasiswa tidak boleh berhenti dalam wujud laporan, tetapi harus bermuara pada hasil nyata berupa teknologi tepatguna yang bermanfaat langsung bagi masyarakat luar” kata Suyanta. Sementara itu Prof. Sutrisna Wibawa, Rektor UNY, menegaskan bahwa secara kelembagaan UNY akan terus meningkatkan kerjasama dengan lembaga/institusi lain. “Kepercayaan dari investor tersebut harus dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab dan amanah oleh Tim Pusat Inkubator dan seluruh civitas akademika UNY” kata Rektor. Harapannya, prestasi ini dapat menjadi stimulus agar mampu menarik investor-investor lainnya untuk bekerja sama dengan UNY. (Dedy)