Dalam rangka memperingati hari jadi Kota Madiun yang ke 104, pada hari Sabtu (4/6) di Balaikota Madiun diselenggarakan sebuah Sarasehan Budaya Seni Pencak Silat. Acara ini menampilkan narasumber Walikota Madiun Drs. H. Maidi SH, MM., M.Pd., Kapolres dan Kodim Madiun, serta menghadirkan narasumber dari Universitas Negeri Yogyakarta, Prof. Siswantoyo selaku Wakil Rektor Bidang Perencanaan dan Kerja Sama. Tampak hadir pada acara sarasehan ini Para Forkompinda, Pengurus 14 Perguruan Pencak Silat di Madiun, beberapa dinas terkait, wartawan, dan masyarakat umum.
Mengapa menggandeng UNY, karena ini adalah wujud dari realisasi kerjasama MoU yang telah ditandatangani oleh Rektor UNY dengan Walikota Madiun beberapa waktu yang lalu. Dipilihnya Prof. Siswantoyo, karena beliau adalah salah satu Profesor pencak silat yang dimiliki UNY dan telah lama berkecimpung di dunia pencak silat baik sebagai pengurus tingkat nasional maupun tingkat daerah.
Pada awal sarasehan disampaikan oleh moderator bahwa Walikota Madiun sebagai wali pemerintah, sebagai representasi dari negara hadir dalam rangka menegakkan UU No 5 tahun 2017 mencatatkan pencak silat yang berada di Madiun semuanya menjadikan kekayaan budaya bangsa Indonesia. Bahwa pencak silat sebagai sebuah organisasi olahraga, tapi di Madiun lebih dulu sebelum olahraga itu ditetapkan oleh negara. Pencak silat sebagai spiritualism dan retualism. Bahwa value, nilai yang ditawarkan pencak silat tidak hanya dalam bentuk olahraga dan olahrasa.
Walikota Madiun menyampaikan bahwa setelah menyelesaikan berbagai permasalahan yang ada di Madiun selama 3 tahun, pertumbuhan ekonomi no 1 di Jawa Timur. Anggaran di Kota Madiun hanya 1,2 trilyun. Dengan gigihnya OPD, Forkompinda, Dewan dan seluruh lapisan masyarakat, pertumbuhan ekonomi naik drastis. “Potensi yang ada di kota Madiun, salah satunya adalah pencak silat. Madiun saat ini memiliki sedikitnya 14 perguruan pencak silat, tapi mohon maaf bahwa potensi SDM ini belum dimainkan. Kalau sudah kita mainkan, kota ini akan mendunia.” Kata Maidi.
Sejalan dengan itu Prof. Siswantoyo yang juga Ketua Umum PERPI HARIMURTI ini menawarkan sebuah konsep strategi pengembangan pencak silat budaya dengan berpedoman pada ngerti, ngroso, nglakoni dan handarbeni. Merubah mindset pencak silat sebagai ilmu bukan ngelmu. Event to event. Prof. Siswantoyo juga menyinggung tentang paradigma pendidikan di Abad 21 dalam pengembangan pencak silat, yaitu kritis dalam berpikir, kreatif, komunikatif, dan kolaboratif.
Pada bagian akhir, Prof. Siswantoyo mengusulkan dan bersedia untuk membantu perkembangan pencak silat di Madiun. “UNY siap membantu pengembangan pencak silat budaya Madiun, dengan cara kolaborasi, kesetaraan, komitmen, dan dedikasi. Pembentukan karakter pencak silat budaya dengan cara ngaruhke, ngopeni, ngewangi. Membantu membuat grand desain dan target indikator pengembangan yang jelas dan terstruktur terukur. Maka dari itu dukungan masyarakat kota Madiun juga harus kompak selaras, seimbang dengan pemerintah kota Madiun.”
Kapolres dan Kodim Madiun pada intinya mengajak semua lapisan masyarakat terutama para pendekar dari 14 perguruan pencak silat untuk senantiasa santun. Setelah sarasehan selesai, diadakan acara ramah tamah. Di sini Walikota Madiun tertarik dengan program RPL yang diselenggarakan UNY, sehingga berharap diberikan slot tempat untuk para pendekar maupun staf pemda Madiun studi di UNY dengan skema beasiswa. (Joy Binjack).