SEMARAK GEOGRAFI XI: PENGEMBANGAN MANAJEMEN KEBENCANAAN DI ERA REVOLUSI INDUSTRI 4.0

SEMARAK GEOGRAFI XI: PENGEMBANGAN MANAJEMEN KEBENCANAAN DI ERA REVOLUSI INDUSTRI 4.0

Himpunan Mahasiswa Pendidikan Geografi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Yogyakarta (FIS UNY) selenggarakan Semarak Geografi XI di FIS UNY belum lama ini. Berbagai kegiatan dilaksanakan dalam Semarak Geografi XI tersebut salah satunya adalah Seminar Nasional dengan tema “Pengembangan Manajemen Kebencanaan di Era Revolusi Industri 4.0”. Adapun narasumber seminar yaitu Dr. Surono D.E.A dan Dr. Hanik Humaida M.Sc dengan moderator Yonathan Yolius Anggara.

Pada kesempatan tersebut, Surono menjelaskan bahwa Indonesia merupakan negara yang paling banyak korban jiwa akibat bencana gunungapi. Selain itu, setiap musim hujan banyak kejadian gerakan tanah yang beresiko menyebabkan korban jiwa. Rata-rata, bencana yang paling banyak memakan korban adalah gempa bumi dan tsunami dengan persentase di Indonesia sebanyak 56.4% dan global sebanyak 58.99%. Hal ini disebabkan oleh kurangnya dukungan terhadap riset-riset yang mengkaji tentang mitigasi bencana sebab mitigasi bencana belum dipandang sebagai suatu investasi dan biaya riset tidak seimbang dengan biaya tanggap darurat dan kerugian bencana. Dalam mitigasi bencana, diperlukan monitoring dan penelitian tentang lingkungan rawan bencana, kemudian pemetaan kawasan rawan bencana, lalu pengurangan resiko bencana, dan pemantauan dan peringatan dini serta tanggap darurat” tuturnya

Lebih lanjut Surono memaparkan, masyarakat masih kurang memahami mitigasi bencana dan banyak masyarakat memilih tinggal di Kawasan Rawan Bencana (KRB) sebab KRB merupakan daerah yang subur, banyak air, dan mudah diolah menjadi ladang pertanian. Oleh karena itu, peningkatan kapasitas masyarakat mengenai pemahaman mitigasi bencana sangat perlu dilakukan. Pelatihan mengenai mitigasi bencana, bukan menjadi suatu himbauan saja ke masyarakat, melainkan sudah harus menjadi suatu kewajiban yang harus dilaksanakan oleh masyarakat.

“Dalam upaya mitigasi bencana dibutuhkan kerjasama secara Penta Helix dari pemerintah, swasta, media, komunitas, dan akademisi/peneliti. Pemerintah dan peneliti mengkaji dinamika geologis guna mengetahui ancaman bahaya dan memberikan peringatan dini, seluruh komponen penta helix melakukan pelatihan, pendidikan, dan penyebaran informasi mengenai ancaman bahaya, selanjutnya swasta membantu memberikan rekomendasi teknis mitigasi dan penataan ruang serta media memberikan infomasi mengenai ancaman dan mitigasi bencana” tuturnya

Pada kesempatan yang sama Dr. Dra. Hanik Humaida, M. SC. memaparkan bahwa Indonesia merupakan daerah yang memiliki banyak gunung berapi aktif. Beberapa daerah di seluruh wilayah Indonesia beberapa kali terjadi gunung meletus seperti letusan Gunung Merapi di Yogyakarta, Tambora di Pulau Sumba, Agung di Bali, Kelud di Kediri, Krakatau di selat sunda, Sinabung di Sumatera Utara dan beberapa gunung yang aktif lainnya. Selain bencana gunung meletus terdapat bencana lain juga seperti gerakan tanah (creep), gempa bumi akibat tubrukan lempeng tektonik, banjir, tsunami dan tanah longsor. “Oleh karena itu, perlu kita ketahui bahwa sadar akan bencana itu sangat penting. Persiapan sejak dini dengan bencana yang akan terjadi perlu dilakukan. Hal tersebut berkaitan erat dengan Mitigasi bencana yang meliputi Pra, Saat, dan Pasca”ungkapnya

Hanik Humaida menambahkan, tujuan mitigasi adalah mengurangi korban jiwa dan materiil pada saat terjadi bencana. Langkah yang harus dilakukan adalah 1) melakukan penelitian dan penyelidikan; 2) menganalisis bahaya; 3) membuat peta-peta rawan bencana seperti gempa bumi, tanah longsor, tsunami, dll; 4) memberikan sosialisasi dan peringatan dini; 5) meningkatkan pengetahuan resiko bencana; 6) mengenali karakter bahayanya; 6) melakukan pemantauan bahaya. Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) selama ini telah melakukan pemantauan terhadap bencana alam yang berpotensi dan juga memberikan informasi kepada masyarakat secepat dan tepat dengan menggunakan SOP dan kemudahan akses untuk mendapatkannya untuk mengurangi kerugian yang terjadi.

Setelah penyampaian materi dari narasumber, kegiatan Semarak Geografi XI dilanjutkan dengan Final Lomba National Geography Competition, Presentasi Poster dan Fotografi. Di penghujung acara diumumkan pemenang masing-masing lomba. (Eko)