Mahasiswa harus melakukan investasi pada peningkatan kecakapan digital (digital skill) dan fleksibel terhadap perubahan teknologi. Dr. Samto mengajak kita berpikir untuk melakukan disrupsi paradigma pendidikan konvensional dalam menghadapi era revolusi industri 4.0.
Hal tersebut diutarakan Samto pada pada Seminar Nasional bertajuk “Optimalisasi Peran Generasi Millenial Melalui Pendidikan dalam Mengisi Revolusi Industri 4.0” di Ruang Sidang Utama, Rektorat UNY, Minggu (14/04/2019). Pembelajaran keterampilan digital di ruang pendidikan menjadi penting karena masa revolusi industri 4.0 ditandai dengan ketidakpastian, kompleksitas, dan ambiguitas.
“Masyarakat Indonesia, khususnya kalangan mahasiswa harus meningkatkan kecakapan digital, serta mampu melakukan inovasi dan kreasi di bidangnya masing-masing,” ujar Samto.
Prof. Dr. Sugiyono, pembicara kedua pada seminar ini menspesifikasi keterampilan-keterampilan yang harus dikuasai pada masa revolusi industri 4.0. "Pembelajar harus mampu berpikir kritis, kreatif, memiliki kemampuan komunikasi yang baik, dan mampu berkolaborasi dengan orang lain atau bidang ilmu lain," ujar Sugiyono.
Menurut Sugiyono, salah satu hal yang bisa ditempuh mahasiswa untuk melatih kreativitas dan kemampuan berpikir kritis adalah melalui penelitian. “Dengan melakukan penelitian, seseorang bisa menghasilkan informasi baru serta mengembangkan dan menciptakan produk baru,” tambah Sugiyono.
Angga Catur Laksana, ketua UKMF Reality menyatakan bahwa bahwa tujuan penyelenggaraan Seminar Nasional adalah untuk mengedukasi mahasiswa dan masyarakat umum agar sadar tentang peran mereka di era sekarang. “Terutama peran generasi muda dalam bidang pendidikan, dengan harapan agar mereka mampu menerapkan wawasan ini bagi diri mereka maupun di masyarakat nantinya,” ujar Angga ketika dihubungi melalui WhatsApp.
Seminar Nasional “Optimalisasi Peran Generasi Millenial Melalui Pendidikan dalam Mengisi Revolusi Industri 4.0” ini diselenggarakan oleh UKMF Reality, FIP. Pada acara ini juga diumumkan juara Lomba Karya Tulis Ilmiah (LKTI) dan juara lomba penulisan cerpen yang di menjadi rangkaian acara Reality Writing Competition (RWrC). (Muhammad Abdul Hadi/JK)