Kondisi kebugaran jasmani anak-anak tunanetra di sekolah luar biasa cenderung rendah dan seringkali dikeluhkan oleh guru maupun kepala sekolah. Upaya yang sudah dilakukan oleh sekolah untuk meningkatkan kebugaran jasmani anak-anak tunanetra yaitu dengan cara memberikan olahraga pada jam pelajarannya. Namun, olahraga yang dilakukan anak-anak tunanetra untuk meningkatkan kebuagaran jasmani dirasa kurang efektif karena terdapat beberapa kendala. Kendala tersebut yaitu keterbatasan alat, keterbatasan ruang, dan terbatasnya pengetahuan guru. Terbatasnya pengetahuan guru dalam mengajarkan kebugaran jasmani terjadi karena guru bukan dari bidang studi tersebut. Sehingga kegiatan yang dilakukan kurang mengarah ke peningkatan kebugaran jasmani. Selain itu, kegiatan kurang variatif dan cenderung membuat siswa cepat bosan. Oleh karena itu, dibutuhkan sebuah program pelatihan untuk meningkatan kebugaran jasmani anak-anak tunanetra. Inilah yang dilakukan sekelompok mahasiswa UNY yang menggagas metode baru untuk meningkatkan kebugaran jasmani anak tunanetra. Mereka adalah Andri Bangsawan prodi Ilmu Keolahragaan, Destiyani prodi Pendidikan Anak Usia Dini, Nur Afifah prodi Pendidikan Luar Biasa serta Yustia Pramesti dan Wulan Febrianingsih prodi Pendidikan IPA. Metode yang diciptakan adalah ‘Peningkatan Kebugaran Jasmani Anak Tunanetra dengan metode Fun Art berbasis Permainan Tradisional Nusantara’.
Menurut Andri Bangsawan awal munculnya ide itu karena rasa prihatin kepada siswa di sekolah luar biasa yang memiliki kebugaran jasmani yang kurang karena keterbatasan penglihatan. “Karena saya dari jurusan ilmu keolahragaan tercetuslah ide untuk melakukan terapi fisik terhadap siswa tunanetra tersebut” kata Andri “Saya lalu membentuk tim untuk menyusun program latihan terapi untuk meningkatkan kebugaran jasmani, dengan menyesuaikan dengan karakteristik anak tunanetra, dimana dalam keterbatasan mereka tetap bisa melakukan dengan maksimal”. Nama programnya fun art, dengan mengadaptasi bentuk permainan tradisional dengan bentuk program latihan terapi fisik olahraga yang dibuat khusus untuk anak tunanetra. Destiyani menambahkan program pelatihan ini adalah program pelatihan dengan metode berbasis permainan tradisional nusantara yang disesuaikan dengan karakteristik anak-anak tunanetra. ”Pelatihan berbasis permainan tradisional dipilih untuk membudayakan kearifan lokal Indonesia melalui permainan” katanya.
Nur Afifah menjelaskan, permainan yang dilakukan untuk meningkatkan kebugaran siswa tunanetra itu diantaranya adalah Oray-orayan, Gebuk Banyu dan Terompa Panjang. “Oray-Orayan diadaptasi dari Jawa Barat dan Terompa Panjang dari Riau” kata Nur Afifah. Sedangkan gebuk banyu merupakan permainan yang lazim dilakukan pada perayaan HUT Kemerdekaan RI yaitu memukul air yang digantungkan dalam plastik. Dipaparkannya bahwa permainan tradisional oray-orayan merupakan aktivitas ritmik berjalan dan berlari dengan durasi 20-30 menit pada permainan ini menstimulasi kerja paru dan jantung untuk bekerja lebih keras. Aktivitas aerobik seperti ini memacu peningkatan daya tahan paru dan jantung sampai pada tingkat 70-80 persen denyut nadi maksimal, sehingga kapasitas kardiorespirasi anak-anak tunanetra akan mengalami peningkatan. Pada permainan gebuk banyu anak-anak akan melakukan berbagai macam aktivitas seperti berjalan, jongkok, berlari, melompat dan memukul. Komponen kebugaran jasmani yang menjadi sasaran pada permainan tradisional ini adalah kekuatan otot ekstremitas atas dan daya tahan kardio respirasi. Sedangkan pada terompa panjang melatih kekuatan otot tungkai dan daya tahan kardio respirasi anak-anak. Karya ini berhasil meraih dana Dikti dalam Program Kreativitas Mahasiswa bidang Pengabdian Masyarakat tahun 2020. (Dedy)