Sekolah Pecinta Indonesia (SPI) kembali hadir di tahun ini. SPI tahun ke 6 ini mengangkat tema “Antara Nasionalis dan Apatis, Dimanakah Posisi Generasi Muda?”. SPI merupakan sebuah talkshow nasionalisme yang diselenggarakan oleh Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta (BEM FT UNY).
Kali ini SPI mengundang narasumber dari berbagai bidang yang sesuai dengan tema yang diangkat. Narasumber pertama merupakan salah satu aktivis mahasiswa yaitu Obed Kresna Widya Pratistha. Obed merupakan salah satu mahasiswa yang pernah menjabat menjadi Presiden BEM KM UGM pada tahun 2018. Narasumber kedua merupakan dosen PKnH yaitu Halili, S.Pd, M.A, dan narasumber ketiga merupakan Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) DIY yaitu Agung Supriyono, SH.
Yamsya selaku Tim Acara menuturkan bahwa SPI adalah seminar yang bertujuan untuk meningkatkan jiwa nasionalisme setiap warga negara. Menurutnya, SPI tahun ini yang mengangkat tema "Antara Nasionalis dan Apatis, Dimanakah Posisi Generasi Muda?”, tidak hanya dipandang dalam hal satu sisi saja, dari penjelasannya rasa nasionalisme bisa dimulai dari hal kecil. Obed juga mengatakan bahwa, anak muda Indonesia saat ini tidak apatis terbukti dengan adanya gerakan atau aksi mahasiswa Gejayan Memanggil. Mahasiswa bergerak dan beraksi karena adanya keresahan terkait masalah yang muncul di Negara Indonesia. Adanya keresahan yang dialami mahasiswa karena masalah negara yang dianggap terus mundur. Akhirnya mahasiswa turun untuk berpartisipasi menyampaikan aspirasinya dan ingin oligarki politik elit untuk bisa segera memecahkan masalah dengan solusi yang tepat.
Aksi atau gerakan mahasiswa seperti di Gejayan Memanggil merupakan sebuah wadah agar seharusnya politik elit mendengarkan keluhan mahasiswa serta memberikan solusi agar masalah terselesaikan. Saat menyampaikan aspirasi mahasiswa juga menjaga ketertiban dan tidak ada kericuhan terjadi. Keikutsertaan mahasiswa juga diikuti dengan rasa kesopanan dan menjaga untuk tidak saling menghancurkan atau merusak fasilitas yang ada pada saat aksi berjalan.
Melalui SPI, diharapkan generasi muda mampu memberikan kontribusi kepada bangsa indonesia kedepannya agar mampu melakukan hal – hal positif yang bermanfaat bagi nusa dan bangsa, selain itu SPI diselenggarakan untuk mewadahi mahasiswa yang mempunyai jiwa cinta Indonesia, kemudian ilmunya semakin bertambah setelah mendengarkan pendapat-pendapat dari narasumber yang sudah disampaikan. Panitia SPI 2019 mengajak mahasiswa sebagai generasi perubahan dapat menyumbangkan aspirasinya dengan baik untuk mewujudkan Indonesia damai tanpa adanya membedakan ras, suku, dan agama yang ada, walaupun negara Indonesia mempunyai berbagai macam polemik tetap harus menjunjung simbol ke Bhineka Tungga Ika.
Arisma salah satu peserta dalam SPI tahun ini, sangat antusias dengan diselenggarakan acara yang diadakan BEM FT UNY, bertempat di Gedung KPLT FT UNY mulai pukul 13.20. Dia mengatakan bahwa acara SPI sangat asik, seru, dan gaya bahasa pembicara pada saat menyampaikan materi mudah untuk dipahami pendengar sehingga tidak bosan. Selain itu alasan mengikuti acara SPI agar menambah wawasan lebih luas lagi. Arisma berharap tahun depan SPI diadakan lagi dengan tema yang menarik untuk kalangan mahasiswa, dan pastinya dia akan ikut berpartisipasi lagi dalam SPI tahun depan untuk menambah wawasan kebangsaan. (Erlin Ayu)