SEMINAR NASIONAL MEMAHAMI REMOTE EDUCATION PADA MASA PANDEMI COVID 19: URGENSI, FONDASI, DAN TRANSFORMASI

URGENSI, FONDASI, DAN TRANSFORMASI

Program Studi Kebijakan Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta menyelenggarakan kegiatan seminar nasional dengan tema Memahami Remote Education Pada Masa Pandemi Covid 19: Urgensi, Fondasi, dan Transformasi,  Kamis 6 Mei 2021, dilaksanakan secara daring menggunakan zoom meeting dan live streaming Youtube FIP UNY Official. Kegiatan ini dilaksanakan dalam rangka menyemarakkan Dies Natalis ke-57 Universitas Negeri Yogjakarta.

Panitia Seminar nasional ini, menghadirkan 2 narasumber yang memiliki kompetensi di bidangnya ,yang sesuai dengan tema seminar, yaitu Ir. M. Taufiq Nuruzzaman, Ph.D dari Pusat Teknologi Inoformasi dan Pangkalan Data (PTIPD) UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dan Prof. Ricardus Eko Indrajit (Rektor Universitas Pradita), yang dimoderatori oleh Dr. Shely Cathrin, M.Phil (Sekretaris Jurusan FSP FIP UNY).

Paparan menarik pertama disampaikan oleh Bapak Taufiq terkait dengan transformasi remote education untuk peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia. Di awal, pak Taufiq menekankan bahwa transformasi remote education ada kaitanya dengan pandemi yang sekarang ini sudah berjalan 1 tahun lebih, bagaimana ini akan berjalan, ke arah mana dan seperti apa pelaksanaannya selama ini. “Materi yang ingin saya sampaikan akan lebih dekat kepada permasalahan itu sebenarnya, tapi tidak melulu hanya masalah ini karena memang mau tidak mau, yang menjadi tulang punggung dari pelaksanaan remote education itu adalah teknologi informasi dan komunikasi”, paparnya.

Lebih lanjut, Taufiq memaparkan terkait dengan definisi remote education, transformasi remote education pra pandemi, transformasi remote education selama pandemi, dan tranformasi pasca pandemi, dan terakhir  adalah tantangan reformasi remote education. Remote education atau pendidikan jarak jauh (PJJ) menurut Undang-Undang Nomor 12/2012 tentang Pendidikan Tinggi pasal 31. “Pendidikan jarak jauh merupakan proses belajar mengajar yang dilakukan secara jarak jauh melalui penggunaan berbagai media komunikasi dalam memberi layanan dan memperluas akses. Pendidikan jarak jauh diselenggarakan dalam berbagai bentuk, modus, dan cakupan yang didukung oleh sarana dan layanan belajar serta sistem penilaian yang menjamin mutu lulusan”, ucapnya.

Terkait dengan transformasi pra pandemi ,Taufiq menjelaskan pemerintah sudah memandang bahwa remote education harus didukung untuk akses pendidikan hanya untuk pendidikan tinggi dilaksanakan oleh Universitas Terbuka. Taufiq lalu menanyakan bagaimana dengan pendidikan dasar dan menengah? “Kemandirian murid belum mencukupi, kesiapan guru, konten berbasis TK, infrastruktur dan SDM TIK tidak mencukupi,” terangnya.

Transformasi masa pandemi, pandemi telah memaksa kampus dan sekolah menerapkan remote education tanpa persiapan. Kampus relatif lebih siap dibandingkan sekolah. Kampus memiliki infrastruktur fisik dan SDM yang memadai, mahasiswa sudah mandiri, dan mahasiswa memiliki peralatan yang mencukupi .

“Desain remote education dengan 2 konsep yaitu sinkronus dengan tatap muka di kelas, tidak bisa dilakukan karena masih masa pandemi, diganti dengan jarak jauh menggunakan zoom, gmeet, dan juga chat. Asinkronus dengan mengiriman file materi/link, video (youtube), dan penugasan (demo atau kuis)”, tambahnya lagi..

Lalu bagaimana transformasi pasca pandemi, Taufiq menjelaskan desain remote education untuk perguruan tinggi. “Tetap melakukan kegiatan sinkronus dengan tatap muka di kelas, zoom/gmeet, chat, serta ansikronus memberikan file materi/link, video, atau penugasan. Bagi dosen fokus pada capaian, fokus pada penelitian dan pengabdian, sedang mahasiswa bisa mandiri, mengulang materi yang dibutuhkan dan yang mendekati dunia kerja. Desain Remote Education untuk sekolah, siswa berada di sekolah pada jam sekolah, dengan sikronus tatap muka di kelas, dan asinkronus dengan memberikan file materi, video, dan penugasan. Hal ini bagi guru bisa mengurangi kelelahan, serta fokus pada capaian, sedang siswa bisa mandiri dan mengulang materi yang dibutukan”, paparnya penuh semangat.

Taufiq dalam hal ini menekankan bawah tools teknologi, konten yang menarik bukanlah tujuan dari remote education. Mereka hanya alat bantu untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pembelajaran harus tetap dilakukan dengan interaktif inspiratif menyenangkan, menantang dan memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif.

Tantangan transformasi remote education saat ini. Pembelajaran bauran atau blended learning akan menjadi masa depan. Meski belum ada regulasi terkait implementasi pembelajaran bauran, maka akuntabilitas pembelajaran masih perlu dirumuskan. Pembelajaran bauran membutuhkan fasilitas TIK yang tidak murah, baik dari sisi instalasi maupun perawatan. Dosen dan guru harus mulai berpindah ke pembelajaran bauran.

Di akhir Taufik menyimpulkan pembelajaran bauran akan menjadi bentuk dari remote education. “Pemangku kebijakan, guru atau dosen, dan siswa atau mahasiswa harus siap dengan perubahan ini. guru dan dosen tidak perlu takut akan digeser oleh sistem TIK. Investasi besar dan berkelanjutan sangat diperlukan untuk mencapai remote education yang ideal”, tutupnya.

Paparan menarik selanjutnya disampaikan oleh Prof. Dr. Richardus Eko Indrajit. Beliau menyampaikan terkait dengan remote education pada masa dan pasca pandemi : urgensi fondasi dan transformasi. Transformasi telah terjadi menuju suatu titik yang baru, yaitu pemanfaatan teknologi dan informasi secara masif untuk memfasilitasi proses pembelajaran.

“Blended Learning  melalui cara mengintegrasikan metode belajar mengajar secara offline dan online. Guru harus berubah, pimpinan satuan pendidikan harus berubah, badan penyelenggara pendidikan harus berubah, orangtua harus berubah, masyarakat harus berubah, pemerintah harus berubah, peserta didik harus berubah, tapi yang paling penting untuk diubah adalah mindset atau pola pikir”, tegasnya di awal. Masa lalu indah pada waktunya, masa depan adalah harapan baru yang harus disiapkan. Kembalilah pada esensi proses pembelajaran yaitu interaksi antara peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar dalam sebuah lingkungan belajar. Nostalgia masa lalu dan pengalaman saat pandemi adalah modal untuk merancang masa depan. Satuan pendidikan adalah pusat dalam merencanakan dan merancang proses pembelajaran formal yang efisien efektif dan terkendali.

“Mengapa teknologi dibutuhkan? dahulu, jika mau belajar dengan baik datanglah ke sekolah atau ke kampus dan ikutilah pembelajarannya. Sekarang atau masa depan sekolah atau kampus harus hadir di setiap relung- relung kehidupan manusia (rumah kantor kendaraan tempat publik dan lain-lain).

Eko memberikan gambaran terkait fenomena global bagi guru dan dosen, “Berapa persen dari materi yang Anda berikan di kelas yang tidak dapat ditemukan di YouTube? Bagi peserta didik, lebih menarik mana yang mengajar guru atau dosen anda di kelas atau mereka yang ada di YouTube?”, tanya Eko. Seperti apakah peran guru maupun dosen ketika semua bahan yang diajarkan telah ada di internet dan di delivery-nya jauh lebih menarik?

Suatu hal yang berkembang yaitu cyber pedagogik . Guru dan dosen membutuhkan ilmu mengajar dalam ekosistem cyber. Teknologi dalam dunia pendidikan formal. Bedakan antara belajar dan pembelajaran. Belajar adalah perubahan yang relatif permanen dalam perilaku atau potensi perilaku sebagai hasil dari pengalaman atau latihan yang diperkuat. Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar yang meliputi guru dan siswa yang saling bertukar informasi.  Belajar dapat dilakukan dimana saja, kapan saja, dengan cara apa saja. Pembelajaran harus dirancang sedemikian rupa sehingga proses yang terjadi benar-benar menghasilkan tujuan yang ingin dicapai. Komponen pembelajaran utama pendidik, sumber belajar, proses dan interaksi ,fasilitas sarana prasarana ,umpan balik dan evaluasi. Desain instruksional sebagai kunci utama tujuan pembelajaran, pembelajar analisis pembelajaran strategi pembelajaran bahan ajar penilaian belajar.

Prinsip piranti dalam dunia pendidikan membantu memfasilitasi proses pembelajaran dengan tujuan utama meningkatkan kinerja aktivitas belajar mengajar. Teknologi sebagai sumber belajar, bahan belajar dapat diperoleh dari mana saja sejauh ada akses terhadap sumber yang dimaksud teknologi internet memberikan keleluasaan untuk saling berbagi/mereplikasi sumber belajar. Sumber belajar bersifat dinamis dari berbagai referensi maupun Interaksi yang terdapat di setiap hari. Beberapa pusat belajar dunia terbuka untuk publik dan saling terintegrasi.

 Teknologi sebagai medium interaksi antar pembelajar. Setiap pembelajar dan sumber belajar sudah saling terhubung satu dan lainnya. Proses komunikasi interaksi, kolaborasi dan korporasi dapat terjadi selama 24 jam 7 hari itu komunikasi dapat terjadi antar pembelajar maupun dengan pendidik atau sumber belajar. Format komunikasi digital dilakukan secara virtual dan berbasis multimedia, jangkauan dan interaksi waktu interaksi tidak mengenal batas ruang dan waktu.

 Teknologi sebagai alat peraga pembelajaran teknologi sebagai pendukung operasional administrasi pembelajaran. Teknologi sebagai platform belajar online dan virtual teknologi sebagai alat pendukung evaluasi pembelajaran teknologi sebagai infrastruktur manajemen pengetahuan.

Prinsip dalam cyber pedagogi, satu setiap peserta didik dapat mengakses berbagai sumber belajar secara bebas dan mandiri dalam 24 jam 7 hari. Metode proses terhadap sumber belajar bersifat ubiquitous dapat dari mana saja, kapan saja dan dengan berbagai cara. Sumber internet bersifat dinamis dan dimutakhirkan secara kolektif setiap detiknya proses pembelajaran bersifat intuitif kontekstual dan kritis pembelajaran terjadi multi arah secara egaliter inklusif dan non birokratik interaksi dan umpan balik dapat terjadi kapan saja diinginkan secara informal maupun formal. Evaluasi proses pembelajaran dapat dilakukan sewaktu-waktu dan berkali-kali. Peserta didik kendali penuh terhadap proses belajar dan pembelajaran

Posisi dan strategi para pendidik. Multi peran seorang pendidik sebagai sumber belajar yang tahu dan memahami lebih dulu, sebagai fasilitator yang mengatur lalu lintas proses pembelajaran, sebagai coach yang menanamkan motivasi dan kapabilitas peserta didik, sebagai arsitek pendidikan pembelajaran melalui desain instruksional yang disusunnya, sebagai kolega atau mitra peserta didik yang bersama-sama belajar tanpa henti sebagai pendamping belajar yang selalu siap memberikan bantuan moral.

Kegiatan seminar nasional ini dihadiri oleh 465 peserta terdiri dari Guru, Dosen, Pemangku Kebijakan Pendidikan, kolega, dan lainnya. Bahkan juga dihadiri dari kolega jurusan FSP FIP UNY, Prof Razzaq dari Malaysia. Acara berjalan dengan lancar dengan penuh antusias dari peserta. (Rit)