Mengantuk merupakan kondisi yang wajar apabila dirasakan saat mendekati waktu tidur atau istirahat, namun banyak hal yang bisa menyebabkan rasa tersebut muncul di saat seseorang sedang beraktivitas. Munculnya rasa mengantuk saat beraktivitas disebabkan beberapa faktor antara lain karena banyaknya aktivitas yang membuat tubuh terasa lemah, dehidrasi, depresi dan kurangnya suplai oksigen. Ciri-ciri mengantuk diantaranya adalah suhu tubuh dan tingkat respirasi rendah serta tekanan darah dan detak jantung menurun. Mengantuk menimbulkan hambatan pada seseorang dalam melakukan aktivitas dan bahkan bisa berakibat kecelakaan. Dari penelitian yang telah dilakukan mengantuk merupakan faktor kedua tertinggi kecelakaan setelah kelengahan. Dari sinilah sekelompok mahasiswa UNY merancang bantal keselamatan berkendara sebagai upaya meminimalisasi kecelakaan yang disebabkan karena mengantuk. Mereka adalah Suryadi prodi Pendidikan Teknik Otomotif, Ikhwanudin - Pendidikan Teknik Elektro, Riani Fatimah - Pendidikan Teknik Busana dan Aulia Avi Basuki - Akuntansi.
Menurut Suryadi ide pembuatan bantal ini muncul dari pengamatan pemberitaan media massa seperti TV, koran dan berita online mengenai kecelakaan yang didominasi karena pengemudi mengantuk. Oleh sebab itu diperlukan alat yang dapat membantu menyadarkan pengemudi saat mengantuk. “Kami memilih bantal leher sebagai media karena sangat cocok digunakan saat berkendara, apalagi bantal leher sudah familiar digunakan saat bepergian menggunakan kendaraan roda empat” katanya. Bantal leher dengan fitur anti kantuk ini dapat membantu para pengemudi untuk mencegah kantuk serta menanggulanginya agar timbul kesadaran. Riani Fatimah menambahkan bantal leher ini didesain sedemikian rupa agar selain untuk menghindari kantuk juga dapat meningkatkan kenyamanan pada posisi kepala. “Selain itu kursi kabin yang desainnya kurang memberikan kenyamanan dalam berkendara jarak jauh juga menyebabkan kelelahan pada leher” paparnya. Bantal ini dirancang menggunakan arduino nano sebagai mikrokontroller dan heart rate sensor sebagai pendeteksi detak jantung dengan sebuah output vibrator yang akan bergetar dan ditambah dengan output suara sebagai alarm saat pengendara mengalami kantuk.
Ikhwanudin menjelaskan bantal ini disebut Bantara yang merupakan akronim dari bantal keselamatan berkendara dan terbuat dari dakron. Bahan yang diperlukan adalah bantal leher, arduino nano, speaker, sensor detak, baterai, tempat baterai, akrilik, PCB, tenol, tombol ON/OFF, SD card reader, kertas glossy, HCL dan H2O2 dan vibrating motor. “Kami menggunakan alat-alat seperti solder, gunting, bor, mesin jahit mini, amplas, gerinda dan setrika dalam pembuatannya” kata Ikhwanudin. Cara membuatnya, pertama kali buat rangkaian seperangkat elektronika yang diperlukan dalam produk bantara menggunakan proteus lalu cetak hasil desain rangkaiannya menggunakan kertas foto. Gambar rangkaian tersebut diletakkan diatas PCB kemudian dipanaskan menggunakan setrika hingga gambar rangkaian benar-benar tercetak pada PCB. Larutkan H2O (air), H2O2 dan HCL dengan perbandingan 4:2:l. Masukkan PCB ke dalam larutan tersebut untuk membentuk jalur rangkaian. Langkah berikutnya merangkai/menyolder seperangkat bahan elektronika Bantara ke papan PCB menggunakan tenol. Buat dan masukkan program pada Arduino Nano untuk menjalankan fungsi input dan output pada produk Bantara. Jangan lupa membuat box pelindung rangkaian elektronika menggunakan akrilik. Kemudian menentukan dan menandai posisi pemasangan sensor dan perangkat lainnya pada bantal leher. Satukan box berisi seperangkat rangkaian elektronika dengan bantal leher dan dikemas dengan kardus berbentuk kubus dengan mika di bagian depannya. Produk inovasi bantal leher sebagai solusi pencegahan kecelakaan akibat kantuk berbasis mikrokontroller siap dipasarkan. Karya ini berhasil meraih dana Dikti dalam Program Kreativitas Mahasiswa bidang Kewirausahaan tahun 2020. (Dedy)