Sekelompok mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarata (uny) membuat inovasi sensor suhu pada aliran guguran lava dikombinasikan dengan sensor getar jika terjadi gempa vulkanik untuk memberikan peringatan lebih dini dan akurat terkait potensi dan ancaman letusan gunung. Kelompok mahasiswa UNY ini terdiri dari Wolly Dwi Parma (Pendidikan Teknik Otomotif 2018), Andri Mustiko Wicaksono (Pendidikan Teknik Otomotif 2018), Chalik Nopa Saputra (Pendidikan Teknik Otomotif 2019), Sanglinuhung Yoganetyas (Pendidikan Teknik Otomotif 2019), Sherly Hariyanti (Pendidikan Kimia 2018).
Wolly menceritakan latar belakang pembuatan alat ini tak lepas dari permasalahan warga lereng merapi yang kerap merasa was-was akan terjadi erupsi Gunung Merapi. Status gunung merapi sekarang pada level siaga, namun guguran lava dan gempa vulkanik masih terjadi yang dapat membahayakan warga lereng Gunung Merapi di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Wolly menceritakan cara kerja alat yang mereka buat adalah ketika akan terjadi guguran lava, warga lereng merapi akan mengetahui suhu yang terdapat pada aliran guguran lava. “Kemudian jika terjadi gempa vulkanik skala besar akan memberikan sinyal bunyi sirine ke Desa,” terangnya.
“Sensor suhu dari aliran guguran lava di sambungkan dengan monitor yang dapat dilihat oleh warga yang terdapat pada pusat informasi desa,” lanut mahasiswa Angkatan 2018 ini.
Dengan karya terebut. mereka berhasil meraih Silver Medal dengan kategori Technology di kompetisi World Invention Competition and Exhibition Malaysia 2021. Kompetisi yang diselenggarakan oleh Indonesian Young Scientist Association (IYSA) bekerjasama dengan SEGi College Subang Jaya (SEGi University and Colleges Malaysiadiikuti sebanyak 369 tim dari 27 Negara. Kompetisi ini diselenggarakan pada tanggal 27-30 September 2021. (hryo)