MAHASISWA UNY CIPTAKAN ALAT PENGUSIR BURUNG TENAGA SURYA

MAHASISWA UNY CIPTAKAN ALAT PENGUSIR BURUNG TENAGA SURYA

Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki produk pertanian seperti singkong, jagung, gandum dan beras. Salah satu produk pertanian yang paling penting adalah beras, karena beras merupakan makanan pokok masyarakat Indonesia. Sektor pertanian memiliki peran penting dalam meningkatkan perekonomian dan memenuhi kebutuhan pangan nasional. Semakin luas area persawahan maka padi yang dapat dihasilkan petani sebanding akan makin banyak. Namun seringkali padi yang dihasilkan petani tidak sebanding dengan luas area persawahan, karena terganggu oleh organisme seperti wereng coklat, wereng hijau, tikus, keong mas dan burung. Burung adalah salah satu parasit yang sering muncul saat padi mendekati panen, yang akan memakan bagian dalam padi sehingga kulitnya akan tertinggal. Secara tradisional petani telah melakukan upaya untuk mencegah burung memakan padi mereka dengan membuat pengusir burung memakai kaleng dan tali. Cara kerjanya adalah dengan menarik senar agar kaleng mengeluarkan suara. Kelemahan alat ini adalah petani harus menarik alat itu terus menerus dan pada saat petani tidak pergi ke sawah, tidak ada yang mengoperasikan alatnya. Hal ini menjadi perhatian sekelompok mahasiswa UNY yang membuat pengusir burung tenaga surya dengan cara kerja secara otomatis memanfaatkan energi matahari. Mereka adalah Wolly Dwi Parma dan Chalik Nopa Saputra prodi Pendidikan Teknik Otomotif, Nadya Putri Kurniasari prodi Pendidikan Teknik Elektro, Sintya Marissa prodi Pendidikan Teknik Sipil serta Sherly Hariyanti prodi Pendidikan Kimia.

Menurut Wolly Dwi Parma pembuatan alat ini berdasarkan keprihatinan atas kelelahan petani dalam mengusir burung menggunakan metode manual dengan kaleng dan tali. “Petani cukup duduk tenang saat mengoperasikannya dan tidak perlu memindahkan alat ini secara manual sekaligus hemat energi” kata Wolly. Alat ini dirancang untuk membantu para petani di wilayah Sleman Yogyakarta dalam memberantas hama burung dan menggunakan panel surya untuk menghasilkan energi untuk baterai. Chalik Nopa Saputra menambahkan, bahan yang dibutuhkan yaitu Arduino Uno, servo torsi, baterai, lonceng, panel surya dan adaptor.

Nadya Putri Kurniasari menjelaskan, perakitan alat ini diawali dari membuat script Arduino uno dengan pemograman proteus yang dibuat pada perangkat PC. “Setelah script dibuat, upload sistem ke Arduino uno dengan menggunakan kabel data” kata Nadya. Kemudian membuat rangkaian kabel sesuai dengan posisi pemograman yang telah dibuat. Pasangkan kabel panel surya pada baterai. Daya baterai akan mengaktifkan Arduino uno yang di program juga akan membangkitkan daya pada servo. Cara kerjanya dipaparkan oleh Sherly Hariyanti, panel surya akan menangkap sinar matahari yang menjadi alat utama pengisian pada baterai yang akan menjadi sumber tegangan pada arduino dan servo. “Ketika tombol ON dinyalakan, arduino akan menggerakkan servo yang telah di program” ujar Sherly. Servo kemudian akan menggerakkan tali yang sudah terpasang pada sawah dengan diberi sebuah lonceng. Dari gerakan tali tersebut akan menghasilkan sebuah suara yang akan membuat burung pergi. Alat ini membantu para petani agar mudah dalam mengusir hama burung dengan tidak memerlukan tenaga dan waktu berlebih. Sherly juga menginformasikan bahwa pembuatan alat ini membutuhkan dana sekitar 2,6 juta Rupiah dimana anggaran terbesar ada pada pembelian panel surya dan adaptornya.

Karya ini berhasil meraih penghargaan International Invention Competition for Young Moslem Scientists 2021 di Bandung belum lama ini. Hal ini sesuai dengan agenda pembangunan berkelanjutan UNY dalam bidang pendidikan berkualitas dan ketahanan pangan untuk mengakhiri kelaparan. (Dedy)