MEDIA PEMBELAJARAN KEBERSIHAN DIRI UNTUK SISWA TUNAGRAHITA

MEDIA PEMBELAJARAN KEBERSIHAN DIRI UNTUK SISWA TUNAGRAHITA

Kebersihan diri merupakan langkah awal mewujudkan pola hidup sehat. Adanya pola hidup sehat akan berdampak pada kesehatan manusia. Kebersihan diri atau personal hygiene merupakan perawatan diri sendiri yang dilakukan untuk mempertahakan kesehatan. Memelihara kebersihan diri secara optimal tak mungkin akan terwujud tanpa ada penanaman sikap hidup bersih dan contoh teladan dari orang tua atau masyarakat. Kebersihan diri merupakan hal penting yang harus diperhatikan bagi semua manusia dan penting diperhatikan pada anak usia sekolah termasuk anak tunagrahita. Bagi anak tunagrahita menjaga kebersihan diri merupakan salah satu hal yang sangat sulit untuk dilakukan dikarenakan beberapa hal, salah satunya adalah kurangnya rasa kesadaran serta ketidaktahuan anak akan pentingnya memelihara kebersihan diri. Untuk membantu anak tunagrahita menjaga kebersihan diri perlu adanya sebuah alat bantu. Untuk itu mahasiswa UNY mengembangkan Personal Hygiene Smart Box sebagai media pembelajaran kebersihan diri untuk siswa tunagrahita.

Imelda Sari dan Valentinus Yoga Wirantoro prodi Pendidikan Luar Biasa serta Fauzi Fandy Setiawan prodi Biologi membuat alat ini agar siswa tunagrahita mendapatkan media pembelajaran kebersihan diri yang sesuai, konkrit, dan terintegrasi. Menurut Imelda Sari anak tunagrahita merupakan anak yang memiliki intelegensi yang signifikan berada dibawah rata-rata dan disertai dengan ketidakmampuannya dalam adaptasi perilaku yang muncul dalam masa perkembangannya. “Salah satu bentuk hambatan perkembangan dalam perilaku adaptif bagi anak tunagrahita adalah bina diri” kata Imelda “Ruang lingkup bina diri bagi anak hambatan intelektual meliputi merawat diri, mengurus diri, berkomunikasi, bersosialisasi, keterampilan hidup, dan menggunakan waktu luang”. Kebersihan diri merupakan bagian dari merawat diri yang harus dikembangkan pada anak tunagrahita sedini mungkin. Hal ini bertujuan agar anak mampu mandiri dan mampu menjaga kebersihan dirinya sendiri. Valentinus Yoga Wirantoro menambahkan berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di beberapa SLB di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta diperoleh data bahwa sebagian besar siswa dengan kekhususan tunagrahita kelas dasar belum mampu menerapkan konsep kebersihan diri dengan baik, seperti belum mampu menyisir rambut, belum mampu mencuci tangan sendiri ketika akan makan, dan belum mampu menggosok gigi secara mandiri. “Oleh karena itu kami merancang smart box ini sebagai alat permainan edukatif yang sengaja dirancang secara khusus untuk kepentingan pendidikan” kata Yoga. Manfaat dari media smart box adalah untuk mengembangkan aspek-aspek perkembangan anak, mendorong aktifitas dan kreatifitas anak, dan mengandung nilai pendidikan. Disebut "Smart" karena media tersebut merupakan media yang terintegrasi. Terintegrasi yaitu media dapat digunakan untuk mempelajari beberapa pembelajaran kebersihan diri sekaligus dalam satu tempat dan waktu (seperti menggosok gigi, mencuci muka, menyisir rambut, mencuci tangan, dan menggunakan kerudung, dan merapikan baju/kemeja) karena media dilengkapi dengan wastafel dan kaca cermin.

Fauzi Fandy Setiawan menjelaskan, bahannya yang dibutuhkan adalah alumunium, kaca akuarium untuk pembuatan bak air dan kaca cermin. “Media dilengkapi roda agar bisa bergerak dan dapat digunakan di dalam maupun luar kelas” kata Fauzi “Media dilengkapi dengan wastafel dan cermin agar  media dapat digunakan untuk pembelajaran kebersihan diri bagian tubuh atas”. Cara membuat smart box ini pertama kali dilakukan  pemotongan rangka alumunium. Kemudian dilakukan pemasangan rangka alumunium dan wastafel. Sebagai cover luar media, dipilih karena bahan tidak berat dan tahan lama yaitu triplek melamin, yang dipasangkan pada rangka alumunium dan pembuatan pintu pada rangka alumunium. Lalu dilakukan pemotongan kaca alumunium dan pembuatan tangki penyimpanan air. Kemudian pemasangan kran air, kaca cermin, roda, dan galon pembuangan air. Terakhir dilakukan finishing media, yaitu pengecekan kelengkapan dan keberfungsian media. Untuk penggunaanya tetap melibatkan peran guru dan siswa dalam proses pembelajaran menggunakan media ini, karena anak tunagrahita memiliki intelegensi yang signifikan berada dibawah rata-rata sehingga membutuhkan proses pembelajaran yang kongkrit.

Personal Hygiene Smart Box ini sudah diujicobakan di SLB Rela Bhakti Sleman dengn hasil baik. Karya ini berhasil meraih dana Dikti melalui Program Kreativitas Mahasiswa bidang Penelitian tahun 2019. (Dedy)