HIMA PBSI ADAKAN LOMBA MENDONGENG

HIMA PBSI ADAKAN LOMBA MENDONGENG

HIMA PBSI UNY pada Sabtu (02/11) adakan lomba mendongeng tingkat SMP dan MTs sederajat yang berdomisili di DIY-Jateng. Lomba tersebut dilaksanakan di Gedung Lab. Karawitan, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Yogyakarta. Lomba yang mengangkat tema Budaya Nusantara dalam Bingkai Kisah-kisah, diikuti oleh tiga puluh peserta yang berasal dari institusi berbeda. Adapun dewan juri dalam lomba tersebut ialah Arif Rahmanto, S. Pd., Evi Idawati, dan Renny Intan Kartika, M. Pd.

Amira Kemala Afif selaku ketua pelaksana dalam lomba mendongeng, memberikan keterangan mengenai maksud dan tujuan diadakannya lomba tersebut. Amira menyampaikan, bahwa diadakannya lomba ini tak lain untuk memberikan wadah terhadap minat dan bakat siswa-siswi SMP dan MTs sederajat dalam hal mendongeng. “Selain itu kami juga bertujuan untuk memperkenalkan HIMA PBSI ke pihak eksternal kampus,” terangnya.

Terkait mengapa tingkatan lomba mendongeng tersebut khusus siswa-siswi SMP dan MTs sederajat, Amira menjelaskan, “karena memang sesuai dengan KD (Kompetensi Dasar) itu sendiri. Mereka (baca: siswa-siswa) mendapatkan pelajaran mendongeng di kelas VII semester 2, sehingga kami memiliki inisiatif untuk (siswa-siswi SMP dan MTs sederajat) dijadikan sasaran dalam perlombaan kali ini.”

Lomba mendongeng ini sebagai salah satu cara untuk menjalin komunikasi dengan siswa-siswi SMP dan MTs. Selain itu, untuk melatih teman-teman mahasiswa bertemu langsung dengan peserta didik. Karena memang kami dibentuk untuk menjadi guru. Kesan Fajrin, sebagai ketua HIMA PBSI periode kali ini.

Ia juga mengatakan, “kami lebih tertarik untuk melestarikan dongeng. Mengingat sekarang, dongeng seakan mulai punah dan kalah dengan cerita-cerita fiksi. Padahal di dalam dongeng menyimpan manfaat yang banyak.”

Arif Rahmanto, S. Pd., salah satu dewan juri pada lomba mendongeng, mengapresiasi besar kegiatan tersebut. Menurutnya, Kegiatan ini sangat positif karena berusaha untuk melestarikan budaya mendongeng lisan di tengah anak-anak muda milenial ini.

“Tentunya kegiatan semacam ini harus sering-sering diadakan di dunia akademik. Mengingat dongeng lisan ini masih memiliki banyak manfaat di era yang serba canggih saat ini. Di negara-negara modern, dongeng-dongeng lisan masih sangat dipakai untuk dijadikan imajinasi kreatif seorang anak dan siapa pun yang mendengarkannya.”

Mengenai antusias peserta, Arif mengatakan, jika antusiasmenya luar biasa. “Tapi saya ingin, ini bukan hanya sekadar euforia lomba saja. Tetapi perlu dipahami oleh guru dan orang tua tentang kebermanfaatannya. Jadi ketika itu disikapi sebagai kompetisi saja, maka setelah kompetisi selesai dan tidak lagi berlanjut digunakan dalam pembelajaran.”

Ia juga berharap, semoga saja demikian antusiasme yang luar biasa ini benar-benar dijadikan sebagai bentuk kesadaran kebermanfaatan mendongeng. (afaflk/alk).