Pengetahuan mitigasi bencana merupakan hal urgen diperkenalkan di wilayah rawan bencana. Wacana mengenai pendidikan kebencanaan yang masih diperdebatkan di kalangan akademisi menjadikan kebutuhan mitigasi bencana kurang diperhatikan di sekolah-sekolah, terlebih lagi di kalangan siswa-siswi sekolah dasar. Padahal korban paling rentan bencana alam adalah anak-anak.
Berdasarkan hal tersebut, beberapa mahasiswa UNY dari lintas jurusan menggagas program mitigasi bencana melalui metode tutor sebaya di SDN Soka, Pundong, Bantul. Pemilihan SDN Soka sebagai lokasi mitigasi bencana dikarenakan letak SDN Soka yang dekat dengan sungai Opak. Jika curah hujan lebat, permukaan air meluap dan terjadi banjir. Sedangkan perbukitan belakang bangunan sekolah berpotensi mengalami longsor yang membahayakan warga sekolah.
Bagus Cahyo Nugroho, mahasiswa pendidikan geografi UNY sekaligus ketua kegiatan mitigasi bencana ini menyatakan bahwa SDN Soka sangat rentan terdampak bencana alam. "Anak-anak di sana butuh pendidikan kebencanaan sebagai pencegahan dini atau untuk menghidari jatuh korban jika sewaktu-waktu terjadi gempa bumi, banjir, ataupun longsor," ujar Bagus (17/6/2019).
Dewi Masyitoh, mahasiswi PGSD UNY menyatakan bahwa pemilihan metode tutor sebaya dilakukan sebagai pertimbangan akan keberlanjutan program tersebut. "Selama ini, mitigasi bencana dilakukan pihak-pihak tertentu tanpa kesinambungan dan jika program selesai, kegiatannya tidak aktif lagi. Dengan menggunakan metode tutor sebaya, diharapkan anak-anak SD berperan aktif dan program terus berlanjut, kendati kami tidak berkunjung ke sekolah lagi," papar Dewi (17/6/2019).
Metode tutor sebaya sendiri merupakan model pembelajaran kepada beberapa siswa-siswi unggul dan cerdas, untuk kemudian mengajarkannya kembali kepada teman-teman sebayanya. Pemilihan model pembelajaran ini atas pertimbangan bahwa relawan mahasiswa tidak selalu berada di sekolah sehingga ketika program usai, diharapkan pembelajaran mitigasi bencana terus berlanjut di kalangan anak-anak.
Gagasan mitigasi bencana melalui model pembelajaran tutor sebaya ini mendapat perhatian banyak pihak. Kegiatan ini kemudian memperoleh suntikan dana dari Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi. Pada Juni 2019, kegiatan ini juga memperoleh bantuan bibit-bibit sengon, jati, dan trembesi dari Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Serayu (BPDAS) Opak. Warga sekolah kemudian bergotong-royong menanamkan bibit-bibit pohon di wilayah Pundong dan sekitar sekolah untuk merekatkan tanah, sebagai upaya pencegahan dini terhadap bencana banjir dan longsor.
Kegiatan mitigasi ini diketuai oleh Bagus Cahyo Nugroho (Pendidikan Geografi), Fithra Agit Nurmawan (Pendidikan Geografi), Muhammad Abdul Hadi (Psikologi), Risty Anggitiara (Psikologi), dan Dewi Masyitoh (PGSD). (Muhammad Abdul Hadi/JK)