Sabtu, 13 Juli silam, telah digelar acara peluncuran buku sekaligus bedah buku Gambar Anak dan Kisah-kisahnya . Buku tersebut berisi 12 esai mengenai rahasia-rahasia di balik gambar anak, bisa dikatakan juga mengenai cara mengapresiasi gambar anak.
"Gambar anak tak bisa diremehkan atau dianggap main-main begitu saja. Para orang tua cenderung abai, bahwa di balik itu semua ada banyak hal yang ingin disampaikan anak. Dan itu sangat penting untuk pengetahuan orang tua dalam mendidik anak," jawab Della ketika dalam diskusi tersebut ditanyai, apa motivasinya menerbitkan buku ini.
Della, yang mempunyai nama lengkap Della Naradika ini adalah seorang mahasiswi semester 6, Pendidikan Seni Rupa di Universitas Negeri Yogyakarta. Perempuan yang juga mempunyai hobi menulis ini sudah lama belajar mengenai seni rupa anak. Setelah bertemu banyak orang yang kemudian ia jadikan guru, ia kemudian tersadar bahwa menggambar bukan sekedar corat-coret dan menumpahkan warna. Namun lebih dari itu, dan menggambar yang jarang di ketahui orang, ternyata mempunyai fungsi yang sangat kompleks selain hanya sebatas keindahan dan hiburan.
Acara yang berlangsung selama dua jam dari jam 4 sore hingga 6 petang tersebut diselenggarakan di ruang pameran DAM (Dosen, Alumni, dan Mahasiswa) Taman Budaya Yogyakarta. Ibu Dwi Retno Ambarwati, M.Sn., Kajur Prodi Pendidikan Seni Rupa hadir memberikan apresiasi atas prestasi Della. "Saya bangga kepada Della, sangat jarang mahasiswa yang selain menghasilkan karya lukis tapi juga bisa menulis, dan belum banyak kajian mengenai seni rupa anak." Tak ketinggalan senior jurusannya dan alumni yang hadir pada acara itu mengatakan bahwa mereka tercerahkan dengan kehadiran buku Della. Ternyata gambar anak tak se sederhana itu, di baliknya ada banyak rahasia yang berkaitan dengan psikologi, sosiologi, bahkan intelektual anal. Sangat perlu diketahui oleh orang tua dan lingkungan pendidikan.
Bapak Joseph Wiyono akademisi FSR ISI Yogyakarta yang aktif menulis kuratorial seni rupa, diminta untuk menjadi pembahas pada acara ini. Dengan gayanya yang santai, Pak Joseph mengatakan bahwa buku kumpulan esai Della ini "Gambar Anak dan Kisah-kisahnya" sangat telat terbit, harusnya sudah sejak dulu orang-orang membacanya.
Pak Joseph Wiyono ketika dimintai endorse mengenai buku ini mengatakan, "di tengah carut-marut dunia gambar menggambar anak-anak yang telah terkooptasi berbagai kepentingan orang dewasa, yang justru mengakibatkan esensi menggambar sebagai pilar utama pembentukan karakter anak terabaikan. Sebagai pegangan bagi orang tua, guru menggambar, dan pengampu di bidang terkait, buku ini sangat kayak sebagai acuan."
12 esai Della dalam buku ini ditulis dengan gaya prosaik atau bercerita dan sederhana, tidak seperti tulisan ilmiah. Namun Della tetap mempunyai landasan yang ia dasarkan pada bacaannya selama ini, buku seni rupa, psikologi, dan pendidikan, serta pengalaman langsung. Della mengatakan bahwa tujuan gaya penulisan yang sederhana ini supaya pembaca lebih mudah memahami, dan tidak gampang bosan. Apalagi buku ini sasaran utamanya adalah orang tua.
Ketika ditanyai mengenai proses kreatif, sebenarnya Della sudah sejak lama mengamati gambar anak. Namun baru ia seriusi dengan langkah menghasilkan tulisan, baru ia mulai sejak bergabung dengan Sahabat Gorga. Sahabat Gorga adalah komunitas yang bergiat dalam literasi anak. Di sini Della diberi kepercayaan menjadi kurator anak. Dari kegiatan Sahabat Gorga ke sekolah-sekolah di beberapa daerah di DIY inilah kemudian hasil analisisnya ia tuangkan ke dalam bentuk tulisan.
Buku "Gambar Anak dan Kisah-kisahnya" ini bisa dipesan di akun instagram @penerbit_gorga. Dan baru akan tersedia di toko buku 2 bulan lagi. Esai dalam buku ini juga berisi tentang hubungan pemilihan warna dengan keahlian desain, hubungan gambar dengan matematika, mengapa di Indonesia banyak koruptor, kenapa anak suka berantem, kaitan menggambar menggunakan penggaris dengan mental seseorang, dan lainnya.
Dalam akhir acara Della menyampaikan harapannya atas terbitnya buku ini, "semoga buku saya dibaca oleh para orang-tua, dan bisa dijadikan media pembelajaran. Saya juga berharap teman-teman saya yang lain juga tergerak untuk menulis, apalagi keilmuan Kita kan pendidikan seni rupa," tuturnya dengan semangat. (Ilham)