Gerakan GP3M (Gerakan Pendidikan Pemberdayaan Perempuan Mandiri) adalah gerakan yang didorong pemerintah dalam rangka bagaimana kaum perempuan khususnya di daerah marginal agar bisa diberdayakan dengan baik. Selama ini pemberdayaan perempuan sudah banyak dilakukan namun masih terlalu parsial begitu pula hasilnya sehingga tidak bisa terlihat secara utuh bagaimana suatu daerah tampil kaum perempuan sebagai bagian dari daerah itu sendiri. Padahal jika dilihat kaum perempuan diberdayakan secara maksimal akan terlihat perannya yang luar biasa dalam membangun sebuah daerah. Demikian dikatakan Direktur Pembinaan Pendidikan Keaksaraan Dan Kesetaraan Dirjen PAUD dan Dikmas Kemendikbud, Abdul Kahar dalam Sarasehan GP3M di Siyono Gunungkidul Rabu (7/8). Lebih lanjut Abdul Kahar mengatakan bahwa Gerakan GP3M membawa empat fungsi yaitu sebagai strategi perumusan grand design suatu daerah, pendekatan strategis, gerbang pemberdayaan dan benteng ketahanan pangan rumah tangga. “GP3M merupakan pintu yang luar biasa bagi pemberdayaan masyarakat” kata Abdul Kahar “Kami ingin agar setiap daerah yang menerapkan GP3M terjadi perubahan di masyarakat”. Diharapkan dengan adanya satuan pendidikan non formal bisa sebagai pendamping sehingga masyarakat terberdayakan. Diinformasikan Abdul Kahar, dari 29 daerah yang memiliki GP3M di seluruh Indonesia baru Gunungkidul yang didampingi oleh perguruan tinggi.
Sarasehan diikuti oleh 250 peserta dari PKBM dan LKP di Gunungkidul. Wakil Bupati Gunungkidul Immawan Wahyudi menyambut positif kegiatan ini karena sarasehan ini merupakan respon positif kesiapan individu dalam menyambut revolusi industri 4.0 dengan berpikir maju dengan berkembang dalam era global yang semakin ketat. “Kami mengapresiasi upaya untuk meningkatkan kedudukan dan peranan kaum perempuan di berbagai bidang” kata Immawan Wahyudi. Wakil Bupati berharap dengan sarasehan ini bisa meningkatkan program pendidikan berkelanjutan dengan pemberdayaan perempuan mandiri. Rektor UNY Sutrisna Wibawa mengatakan bahwa salah satu filosofi pendidikan adalah long life education oleh karena itu ada program pengembangan masa depan dan perempuan memegang peranan penting. “Ibu berperan penting dalam keluarga karena ibu adalah pengelola rumah tangga” kata Rektor. Diungkapkan bahwa tuntutan untuk mensejajarkan laki-laki dan perempuan sudah ada sejak tahun 1950-an dan gerakan GP3M akan memberi penguatan pada pendidikan perempuan. Oleh karena itu perempuan para ibu harus terus maju dan pemerintah terus memfasilitasi pendidikan baik formal maupun non formal dengan berbagai kegiatan. Rektor mengingatkan pada para ibu walaupun menguasai teknologi agar tetap mendidik anak dengan sebaik-baiknya. Sentuhan kasih sayang ibu pada anak sangat penting.
Dalam kesempatan ini juga dilakukan penandatanganan Nota Kesepahaman antara Fakultas Ilmu Pendidikan UNY dengan Dinas Pendidikan Kabupaten Gunungkidul yang dilakukan oleh Dekan FIP Haryanto dan Kepala Dinas Pendidikan Gunungkidul Bahron Rosyid. (Dedy)