Timothy Haryo Wisanggeni Hapsoro, Dalang Termuda Festival Dalang Cilik 2024

Timoty Haryo Wisanggeni Hapsoro mendalang

Timothy Haryo Wisanggeni Hapsoro nampak luwes memainkan wayang kulit. Suaranya menggema mantap ke seluruh ruang mengiringi solah (tempo permainan), elemen instrumen musik dan cepengan (memegang/menggerakkan wayang) dengan mengesankan layaknya dalang profesional. Timoty Haryo Wisanggeni Hapsoro adalah siswa kelas 1 SDN Cemara Dua Surakarta yang ikut dalam Festival Dalang Cilik (FDC) UNY pada 11-15 Mei 2024. Dalang termuda FDC ini membawakan judul Dewa Ruci. “Saya suka wayang sejak dulu, juga karena gambarnya bagus dan susah kalau mau membuat sendiri” kata Timothy Haryo Wisanggeni Hapsoro.

Putra pasangan dr. Valens Widyo Hapsoro dan Niken Lili tersebut mulai menyukai wayang sejak berumur 3 tahun. Menurut Niken Lili saat usia tersebut Haryo senang nonton wayang melalui YouTube. “Kami sempat bingung karena keluarganya tidak ada keturunan dalang sama sekali” tuturnya. Dalam karier dalang ciliknya Haryo pernah pentas wayang kulit di Kraton Solo, Klaten dan aktif di Sanggar Pamor Sukoharjo.

Pemilik Sanggar Pamor Sukoharjo Tulus Raharjo mengatakan bahwa di sekitar sanggarnya banyak potensi yang belum terasah, terutama anak kecil. “Timothy Haryo Wisanggeni Hapsoro ini sudah ingin belajar sejak ia belum sekolah” ujar Tulus. Menurutnya untuk mendidik anak-anak dalam dunia perdalangan, apabila disamakan dengan yang berusia SMP akan sulit. Oleh karena itu perlu dibimbing dulu. Yang penting anak tertarik dan senang, apabila sudah tertarik baru diarahkan melalui kelas bersama yang terdiri dari 5 anak kelas 1, 2 dan 3. Dengan begitu apabila guru menjelaskan tentang materi pewayangan ia akan menurut karena melihat teman sekelasnya melakukan hal yang sama. Inilah metode yang dilakukan Tulus Raharjo untuk mendidik anak kecil dalam mendalami dunia pedalangan.

Tulus Raharjo mengungkapkan bahwa dalam membina kebahasaan para dalang cilik usia SD ini digunakan bahasa yang singkat karena tidak bisa disamakan dengan usia diatasnya. “Sekarang ini paling tidak mereka tidak kesulitan dengan Bahasa Jawa dulu, punya vocabular bahasa yang keseharian mereka dengan di rumah tangga. Nanti kalau sudah kelas 5-6 bila vocabular bahasanya sudah banyak nanti ditata lagi” katanya.

Ketua Pelaksana FDC Dr. Agus Murdiyanto mengatakan tujuan kegiatan ini adalah mendidik anak untuk mencintai budayanya sendiri khususnya wayang kulit dan menanamkan nilai-nilai edukasi pada generasi muda, sejalan dengan UNY sebagai Universitas LPTK yang mencetak calon pendidik dan tenaga kependidikan. “Selain itu, dengan diadakan acara ini diharapkan anak menguasai unsur-unsur dalam pewayangan agar anak semakin cerdas dalam meniti tataran kedewasaan menuju manusia yang berjiwa mulia” katanya.

Penulis
Dedy Herdito
Editor
Sudaryono
Kategori Humas
IKU
IKU 5. Hasil Kerja Dosen Digunakan oleh Masyarakat