Seminar Nasional PPG UNY

Plt. Direktur PPG

Industri 5.0 menempatkan kesejahteraan fisik dan mental kebahagiaan para pekerjanya di tengah-tengah proses produksi dan menggunakan teknologi baru untuk melakukan hal-hal yang baik bagi ekosistem, tidak sekedar membangun kesejahteraan dengan membuka lapangan kerja dan juga pertumbuhan ekonomi. Implikasinya terhadap dunia Pendidikan adalah perlunya 4C dalam jenis soft skill yang pada implementasi keseharian jauh lebih penting daripada hard skill. Empat C itu adalah kolaborasi, komunikasi, kreativitas dan berpikir kritis. Hal ini diungkapkan Plt. Direktur PPG Adhika Ganendra, MM dalam Seminar Nasional PPG di Auditorium UNY Rabu (15/5). Lebih lanjut dikatakan bahwa guru yang dibutuhkan untuk mempersiapkan lulusan yang mampu menghadapi era Industri 5.0 dimana lulusan mampu memberikan kontribusi kepada perkembangan teknologi, mampu berkontribusi pada Masyarakat dan mampu menyeimbangkan kesejahteraan fisik dan mental. “Sekaligus mampu menggunakan teknologi baru untuk melakukan hal-hal yang baik bagi ekosistem namun juga tetap bisa membuka lapangan kerja dan berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi” katanya. Adhika Ganendra memaparkan pada tahun 2024 dari 2.996.818 guru, sebanyak 1.347.360 (44,96%) guru telah bersertifikat pendidik, sisanya 1.598.889 guru belum bersertifikat. Guru belum bersertifikat pendidikan tersebut terbagi atas 168.651 guru PNS, 342.060 guru PPPK dan 1.088.178 guru non ASN. Diperlukan tiga tahapan untuk menjadi guru profesional yaitu lulus seleksi administrasi, lulus seleksi akademik dan melaksanakan PPG. Dalam PPG diberikan materi Pendalaman Materi (5 SKS), Pengembangan Perangkat (3 SKS), Uji Komprehensif, PPL (4 SKS) dan UKM PPG (Uji Kinerja dan Uji Pengetahuan). Plt Direktur PPG tersebut memberi arahan bahwa lulusan PPG Pra Jabatan dijadikan sebagai solusi mengisi kekosongan kelas akibat guru ASN yang pensiun dan kekosongan guru, dengan mendapatkan afirmasi 100% untuk dapat memenuhi kriteria menjadi Guru ASN. Sedangkan guru yang sudah menjadi ASN masih harus mengikuti PPG agar memenuhi kriteria sebagai guru.

Seminar Nasional bertema ‘Tantangan Guru Profesional Masa Depan Dalam Menciptakan Generasi Emas Indonesia’ ini dilaksanakan oleh Direktorat Pendidikan Profesi dan Kompetensi UNY dan menghadirkan pembicara Plt. Direktur PPG Adhika Ganendra, MM serta narasumber Prof. Hasnawi Haris dari Universitas Negeri Makassar dan Prof. Subanji dari Universitas Negeri Malang. Dibuka oleh Rektor UNY Prof. Sumaryanto yang mengatakan bahwa UNY tetap konsisten istiqomah dalam usianya yang ke-60 tahun ini untuk mewujudkan kesejahteraan bagi lembaga dan warganya termasuk Direktorat Pendidikan Profesi dan Kompetensi ini yang menjadi Direktorat yang paling dulu mandiri seperti tatakelola fakultas. Harapannya hal ini akan diikuti oleh direktorat yang lain. “UNY menjadi pilihan termasuk yang utama dalam PPG diantara institusi yang lain, maka tatakelola Direktorat PPK harus bagus seiring dengan bertambahnya secara signifikan mahasiswa dari seluruh nusantara” kata Rektor. Direktur Direktorat Pendidikan Profesi dan Kompetensi UNY Prof. Erwin Setyo Kriswanto menegaskan seminar ini diikuti oleh lebih dari 1100 orang mahasiswa PPG Prajabatan. “Tujuan kegiatan ini adalah untuk mengetahui arah dan kebijakan PPG Prajabatan kedepan, sebagai media komunikasi bertukar pengetahuan dan pengalaman serta wadah identifikasi masalah dan pemecahannya terkait tantangan guru di masa depan” katanya.

Secara daring, Prof. Hasnawi Harris menyampaikan bahwa guru profesional harus memiliki growth mindset yang memiliki pola pikir berkembang, terbuka pada hal baru, mudah menerima kritik dan masukan, serta yakin bahwa kemampuan dan kompetensi mereka dapat meningkat melalui kerja keras dan usaha. “Kenapa demikian? Karena Generasi Z butuh guru yang punya growth mindset” katanya. Guru besar Universitas Negeri Makassar tersebut memaparkan bahwa 60 % dari Generasi Z menyatakan bahwa mereka senang berkolaborasi dan membagi pengetahuan secara online, 50 % dari Generasi Z merasa percaya diri memahami teknologi dengan baik dan 93 % dari Generasi Z tidak dapat hidup tanpa Youtube. Ini berarti bahwa guru harus melihat umpan balik sebagai peluang untuk belajar dan mengembangkan keterampilan sekaligus menggunakan pola pikir berkembang ketika mengajar dan bagi pengembangan diri mereka. Wakil Rektor Bidang Akademik Universitas Negeri Makassar tersebut menyatakan guru dengan growth mindset dapat mengubah pengetahuan dan keyakinan siswa, mengubah praktik di kelas dan mengubah hasil belajar siswa.

Sementara itu Prof. Subanji mengingatkan para guru mengenai tantangan pendidikan di masa depan, dimensi perkembangan teknologi, dukungan orang tua dan kesadaran belajar memerlukan penyiapan guru sesuai dengan tantangannya. “Ancaman peradaban oleh perkembangan IT sudah di depan mata. Banyak pekerjaan dilakukan oleh robot, ancaman informasi bahkan hati-hati karena pekerjaan guru juga bisa diambil alih oleh robot” papar Subanji. Guru/dosen sebagai pekerjaan dengan persyaratan keahlian khusus, Pendidikan Profesi Guru sebagai harapan. Profil Lulusan Program Studi PPG adalah guru pemula yang mengamalkan nilai-nilai Pancasila, menguasai kompetensi dasar guru, berorientasi utama kepada peserta didik dan pembelajaran peserta didik, berkomitmen menjadi teladan dan pembelajar sepanjang hayat serta memiliki dasar-dasar kepemimpinan. Peserta PPG sekarang adalah untuk menyiapkan peserta didik 10-20 tahun yang akan datang oleh karena itu pemikiran harus futuristik.

Salah satu peserta Wiwik Wahyuningsih dari prodi PJKR merasa senang mengikuti seminar ini karena membuka pengetahuan baru dan menambah wawasan tentang pendidikan profesi guru yang sedang dijalaninya. Sedangkan Dian Anisatul prodi Pendidikan Bahasa Perancis menegaskan ilmu yang didapatkannya tentang formasi ASN yang disampaikan pemateri membuatnya dapat menyusun strategi tentang apa yang akan dilakukannya seusai lulus program PPG.

Penulis
Dedy
Editor
Sudaryono
Kategori Humas
IKU 4. Praktisi Mengajar di Dalam Kampus